28 Jun 2012

Ririn Part II

Beberapa hari kemudian…
Karena aku tidak terlalu lapar siang ini, saat jam 17:00 aku akan pergi ke ruko di depan perumahan. Aku ingin beli makan. Aku melirik jam digitalku, 16:30, setengah jam lagi deh. Aku pun mandi, kemudian menyiapkan buku untuk sekolah besok.
17:00, OK! Aku segera keluar rumah. Ups! Lupa, aku balik lagi sambil teriak sekenanya, “tante anggi..! ririn mau beli makan di ruko depan..! assalamualaikum!”
“waalaikumussalam. Hati hati ya rin” jawab tante anggi lembut.
***
Kata ummi dulu, kita harus selalu izin kalau mau kemana aja, jangan seenaknya pergi, jadi aku izin deh ke tante anggi. Sebentar lagi sampai. Sekarang aku sudah di pintu gerbang perumahanku.
Nah, tinggal nyebrang deh..
Aku berjalan santai menyebrangi jalan raya yang lumayan ramai ini. Dan ternyata  tanpa ku sadari, sebuah mobil melaju kencang dari arah kanan. BRUK! Entahlah, aku hanya melihat gelap.
***
Duh, silau!
Loh? Kok semuanya putih? Aku lagi dimana nih?
“ririn..sayang, apa kabar?” terdengar sebuah suara yang amat kurindukan. Ini..ini..ini suara ummi!
“ummi! Ummi dimana? Ririn kangen ummi!” aku berteriak, memanggil ummi. Itu ummi! Ummi berjalan mendekatiku, baju ummi putih semua. Ummi cantiiiikk banget! Aku berlari memeluk ummi, ummi memelukku balik.
“ummi, ririn mau sama ummi.. gak mau sama tante anggi.. ririn kangen ummi” aku mulai terisak. Kangeeen banget sama ummi.
“rin, ririn jangan nangis. Ntar kita ketemu lagi kok” ummi tersenyum. “ririn manggilnya bunda ya, tante anggi itu sekarang bundanya ririn. Ririn tau gak, tante anggi itu saying banget sama ririn, dia nganggep ririn anak kandungnya sendiri” ummi membelai rambutku. Tangisku mulai berhenti.
“ta..tapi ummi…” aku terbata.
“hmm.. anak ummi jangan nangis. Nanti kita ketemu lagi kok rin.” Ummi melepas pelukannya, kemudian mengusap air mataku. “dah ririn.. “
***
PYAR!
Duh, lampunya silau! Aku mengucek ngucek mataku.
“abi.. ririn sadar bi!” terdengar suara terikan tante anggi. Sepertinya tante anggi suda lama duduk disitu. Bruk..bruk.. para dokter dan suster menghampiriku. Terlihat tante anggi menyeka air matanya sambil tersenyum, kemudian memeluk punggung tanganku. “maafin bunda ya rin..bunda selama ini bikin kamu sedih”
“enggakpapa bun..” aku menjawab lirih. Tampak mata bunda bersinar, sepertinya senang dengan  panggilan baruku.
Aku menjalani perawatan selama 2 hari di rumah sakit. Ternyata kemarin aku kecelakaan. Warga sekitar yang tau aku anaknya abi langsung menghubungi abi. Orang yang menabrakku juga langsung membawaku ke rumah sakit. Sebenarnya sih, aku yang salah karena tidak hati hati. Dan setelah itu aku baru tau, aku saat itu mengalami pendarahan. Sementara di rumah sakit ini tidak ada stok darah AB+, butuh pendonor! Sementara darah abi A, dan ternyata darah bunda AB+, jadilah aku didonor oleh bunda. Dan, selama 3 hari –1 hari koma, 2 hari di ICU— bundalah yang siang malam menungguiku. Sementar abi bekerja. Bunda yang menyuapiku. Aku jadi menyesal, sejak abi menikah dengan bunda aku selalu bikin bunda sakit hati, padahal sebenarnya bunda saying sama aku.
Sekarang aku tau, tidak semua ibu tiri itu kaya ibu Cinderella. Banyak juga yang seperti bidadari  Cinderella. Aku sayang ummi. Aku juga sayang bunda.
 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search This Blog